Dampak Kerusakan Hutan Terhadap Populasi Gajah di Sumatera

Tomoyo Rin

dampak kerusakan hutan terhadap populasi gajah di Sumatera

Dampak kerusakan hutan di Sumatera bukan sekadar soal hilangnya pepohonan. Melainkan, hilangnya rumah bagi spesies unik seperti gajah Sumatera Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). 

Perubahan fungsi lahan, kebakaran, dan pembalakan liar memecah habitat alami gajah menjadi pulau‐pulau kecil yang membuat populasi semakin rentan. Dampaknya berimplikasi pada ekologi, ekonomi, dan keselamatan komunitas lokal.

Contents

peran gajah dalam ekosistem

Gajah Sumatera hidup di hutan lembab dataran rendah dan pegunungan. Dari https://dlhsumut.org/ populasi gajah memiliki berperan penting sebagai “insinyur ekosistem”.

Maksudnya bahwa kehadiran gajah membantu menyebarkan biji, membuka kanopi untuk tumbuhan baru, dan menjaga struktur vegetasi yang mendukung keanekaragaman hayati. 

Ketika habitat terfragmentasi, proses ekologi tersebut terganggu dan spesies lain juga ikut terdampak. Berdasarkan data dari World Wildlife Fund populasi gajah Sumatera diperkirakan hanya sekitar 2.400–2.800 individu di alam liar. 

Jumlah tersebut menjadikannya salah satu subspesies paling terancam dari gajah Asia.

Penyebab utama kerusakan hutan di Sumatera

https://dlhsumut.org/ menyatakan bahwa banyak faktor yang menjadi penyebab kerusakan habitat gajah Sumatera, seperti:

1. Alih Fungsi lahan 

Kerusakan hutan yang umum terjadi karena alih fungsi lahan perkebunan. Termasuk perkebunan kelapa sawit dan industri kayu (HTI). 

Bukaan lahan skala besar mempengaruhi ruang jelajah gajah menyempit dan sumber makanan alami berkurang drastis.

2. Pembalakan Liar

Penebangan pohon secara ilegal merusak struktur hutan dan membuka jalan masuk ke habitat gajah. Ini membuat gajah semakin mudah diburu dan terjebak konflik dengan manusia.

 3. Kebakaran Hutan

Kebakaran sering terjadi karena pembukaan lahan dengan cara dibakar, terutama di area gambut. Itulah mengapa kebakaran membuat hutan rusak parah dan gajah terpaksa pindah ke area lain untuk bertahan hidup.

4. Pertambangan dan Pembangunan Infrastruktur 

Jalan baru, tambang, dan proyek pembangunan lain memotong jalur migrasi gajah. Habitat mereka terpecah-pecah menjadi pulau kecil yang tidak lagi ideal untuk hidup.

5. Perdagangan Ilegal dan Perburuan lokal

Laporan investigasi juga menunjukkan kasus pembukaan lahan ilegal di kawasan lindung yang berdampak pada habitat satwa, termasuk gajah. 

Contoh: temuan investigasi terkait pembalakan dan perluasan kebun di Rawa Singkil yang berdampak pada kawasan satwa.

Dampak Kerusakan Hutan Terhadap Populasi Gajah

Sekitar 70% habitat gajah di Sumatera sudah hilang dalam 25 tahun terakhir. Perubahan hutan terjadi sangat cepat, jauh lebih cepat daripada kemampuan gajah untuk beradaptasi.

Ini artinya, tanpa langkah serius, gajah Sumatera bisa benar-benar hilang dari alam dalam beberapa dekade mendatang.

Tentunya penurunan jumlah populasi gajah berdampak buruk terhadap lingkungan itu sendiri dan manusia. Ketika hutan menghilang maka akan terjadi krisis pangan dan air untuk gajah bertahan hidup. 

Pada akhirnya gajah akan mencari sumber makanan ke perkebunan warga. Inilah yang menjadi konflik antara gajah dan manusia. 

Tidak hanya itu, gajah juga akan mengalami stres dan penurunan reproduksi. Dengan ini populasi gajah terus menurun, bahkan tidak menutup kemungkinan gajah akan musnah dari muka bumi. 

Oleh karena itu, jaga hutan adalah pilihan terbaik. Kita tidak dapat mengelak bahwa Gajah Sumatera menghadapi ancaman nyata akibat kerusakan hutan. 

Populasi menurun, habitat terfragmentasi, dan meningkatnya konflik antara manusia dan gajah. Menyelamatkan gajah berarti juga menjaga hutan yang menjadi penyangga kehidupan jutaan manusia dan ratusan spesies lain.

Tinggalkan komentar