Tahukah, Dad, Mom? Berdasarkan data WHO secara global di tahun 2016, 154,8 juta balita yaitu sekitar 22,9% dinyatakan stunting. Sedangkan Indonesia sendiri ada 9 juta anak dan dinyatakan sebagai negara ke-empat dengan stunting tertinggi.
Stunting atau kurangnya tinggi badan anak berdasarkan standar usia yang dirilis WHO bukanlah hal positif sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan stunting. WHO menyatakan agar setiap daerah/wilayah/kota dapat meminimalisir stunting dengan membatasi hanya di kisaran 20% saja. Untuk Indonesia masih menjadi PR besar karena penurunan stunting masih sangat tinggi dan belum dapat mencapai target WHO. Saat ini baru mecapai 29,6%. Dibeberapa daerah bahkan masih sangat tinggi yatu diangka 30%-40%.

Jika melihat angka mungkin terkesan mudah-mudah saja ya, hanya membutuhkan 9,6% untuk mencapai standar yang ditetapkan WHO. Nyatanya, fakta di lapangan tidaklah semudah melakukan pengurangan dengan ilmu matematika. Karena sebagi seorang ibu, aku paham betul betapa perlunya perjuangan yang ekstra untuk meningkatkan berat badan anak. Apalagi jika si anak sudah mulai mogok makan. Tantangan tersebut betul-betul membutuhkan perhatian yang ekstra. Harus putar otak agar nafsu makan anak kembali normal.
Mengenai tinggi anak di Indonesia banyak yang salah kaprah yang disangkut pautkan dengan keturunan dan kodrat.
“Anaknya pendek ya, nurun ke ibunya.”
“Gak apa-apa pendek juga yang penting sehat.”
Mendengar kalimat di atas bukan hal yang baru lagi, kan? Aku sendiri bahkan pernah mengatakannya. Namun, mengenai stunting ini tidak dapat diabaikan karena gen tidak memengaruhi perkembangan fisik anak. Gen/keturunan termasuk faktor determin yang memiliki pengaruh sangat kecil pada anak.
“Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya.”
Dalam beberapa kasus bisa saja terjadi seorang anak akan berprilaku seperti orang tuanya. Namun bukan karena genetika melainkan karena faktor perilaku. Seorang ibu selalu membuang sampah pada tempatnya dan si anak akan melakukan hal yang sama karena melihat perilaku orang tuanya. Tindakan anak tersebut bukan karena gen ibunya melainkan tindakan yang dilakukan si ibu dicerna oleh memori sehingga sang anak melakukan hal yang sama. Faktor lainnya yang berpengaruh besar terhadap perkembangan anak adalah lingkungan, sosial, budaya dan lainnya. Oleh karena itu, tinggi/pendek tubuh anak bukan karena hal genetik/keturunan.
Perlu dipahami, stunting merupakan salah satu hal yang disebabkan karena kekurangan gizi. Dan ini berlaku saat anak masih dalam kandungan. 1000 hari pertama anak memang hari emas yang tidak dapat diabaikan oleh orang tua. Oleh karena itu stunting harus dicegah saat anak masih dalam perut Ibu.
Contents
Tindakan Pencegahan Stunting
Bagaiman jika anak sudah terlanjur dinyatakan stunting?
Tidak perlu resah. Karena stunting dapat diatasi. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengatasinya dapat dilakukan dengan 3+1 hal berikut ini.
1. Pola Makan
Ibu hamil pasti banyak pantangannya soal makanan. Dan, itu bukan hanya untuk kondisi ibu sendiri melainkan untuk sang anak juga. Sayuran saja agar tumbuh baik, tidak cukup dengan disiram air. Perlu pupuk dan obat hama lainnya. Sama hal-nya dengan anak, sedari dalam perut harus diberi asupan gizi yang baik agar tumbuh kembangnya juga baik.
Jangan minum-minuman beralkohol saat ibu sedang mengandung karena akan mengakibatkan resiko besar stunting dan gizi buruk lainnya.
Pola makan yang baik adalah makanan yang seimbang baik dari karbohidratnya, vitamin, protein yang didapat dari makanan pokok, sayuran, lauk-pauk, maupun makanan tambahan lainnya seperti buah-buahan. Dalam satu piring itu makanan pokok dan sayuran dalam porsi yang lebih banyak dibandingkan lauk-pauk dan buah-buahan.

Aku sering melihat di drama Korea/Jepang mempraktekan piring gizi di atas. Kita juga pasti bisa mempraktekannya dengan melawan kebiasaan yang sudah melekat sejak kecil. Di mana nasi, sambal dan lalap saja itu sudah nikmat. Apalagi makannya di tengah sawah, lebih nikmat lagi itu. Hehe.
Jangan memberikan air putih dan air teh sebelum anak usia 6 bulan. Dengan ASI saja sudah cukup.
Kebiasaan lama tentang pola makan harus ditinggalkan karena sekarang lingkungan sudah tidak sehat lagi. Banyak zat-zat kimia yang bertebaran di udara. Zat yang kurang baik jika terus-terusan di hirup. Sehingga tubuh perlu daya tahan tubuh lebih kuat lagi untuk menangkal radikal bebas yang masuk melalui pernafasan. Dan hal kecil yang dapat dilakukan dengan pola makan yang seimbang dan tentunya bergizi.
2. Pola Asuh
Ini lebih kepada sikap kita sebagai orang tua untuk benar-benar memahami bahwa anak-anak perlu asupan makanan yang bergizi untuk pertumbuhannya. Tidak dapat diberikan makanan sembarangan. Apalagi makanan yang tidak sesuai dengan usianya. Perlu adanya kesadaran tingkat tinggi akan pentingnya memberikan asupan gizi bagi buah hati.
“jangan dipantangin!”
Tidak satu, dua, kali aku mendengar itu. Rasanya tuh gemes gimana gitu ya. Untuk makanan yang kurang bergizi memang harus dipantangin karena akan berpengaruh terhadap perkembangan dan daya imun tubuh. Anak kecil sangat rentan sakit. Jika asupan makanan yang masuk tidak sehat, penyakit akan lebih mudah menyerang kekebalan tubuhnya.
Oleh karena itu, orang tua dan keluarag harus melakukan pola asuh yang baik sebagai salah satu pola yang dapat dilakukan dalam pencegahan stunting.
3. Lingkungan Sehat
Lingkungan sehat termasuk salah satu faktor yang juga mempengaruhi perkembangan si kecil. Perbaikan sanitasi, terutama air bersih baik yang dikonsumsi maupun tidak harus benar-benar dalam kondisi baik. Jangan sampai ada air menggenang di sekitar rumah karena akan menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk jentik nyamuk. Bahaya jika yang bersemayam di sana adalah nyamuk malaria.
Perlengkapan makan bayi harus dicuci bersih jangan sampai ada bakteri yang menempel. Selalu cuci tangan dengan bersih. Karena jika bakteri masuk ke tubuh anak melalui makanan yang dicernanya, besar kemungkinan akan terserang diare, cacingan dan kekebalan tubuh menurun. Terutama diare jika sering menyerang anak, menjadi salah satu faktor penyebab anak stunting.
Karenanya, mari melakukan sanitasi, demi kesehatan si kecil, keluarga dan lingkungan sekitar.
Selain 3 hal yang harus dilakukan di atas, ada satu hal lagi yang perlu dilakukan dalam pencegahan stunting anak yaitu dengan imunisasi.
Perlindungan Imunisasi
Imunisasi dapat mencegah anak dari bahaya penyakit menular. Pemberian imunisasi berupa vaksin yang berbeda jenis dan manfaatnya tergantung pada usia anak. Ada beberapa jenis imunisasi yang sudah dijalankan di Indonesia.
- Hepatitis B, diberikan saat anak usia 1 bulan. Yang selanjutnya dikisaran usia 3 – 6 bulan. Pemberian vaksin ini untuk mencegah virus berbahaya penyebab penyakit hati yang masuk melalui cairan tubuh dan darah.
- Polio, diberikan saat anak baru lahir, 2-4-6 bulan dan saat anak usia 5 tahun. Bermanfaat untuk melawan virus pembawa kelumpuhan, yang bahkan dapat menyebabkan kematian.
- BCG, diberikan saat anak baru lahir atau hingga usia 2 bulan. Manfaatnya untuk mencegah penyakit TBC (tuberkulosis). Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menular dengan cepat, terutama yang tinggal serumah.
- DTP, diberikan saat anak usia 2-3-4 bulan, setengah tahun dan 5 tahun. Vaksin ini merupakan vaksin gabungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan).
- Campak, diberikan saat anak berusia 9 bulan, dua tahun dan enam tahun. Vaksin yang dapat mencegah timbulnya demam, pilek, batuk, radang mata, sakit tenggorokan, dan ruam.
- MMR, diberikan saat anak berusia 15-18 bulan atau jeda 6 bulan setelah diberikan vaksin campak. Kedua saat anak berusia 6 tahun. Vaksin ini juga merupakan vaksin gabungan antara vaksin campak, gondong dan campak Jerman.
Masih ada lagi vaksin yang diberikan kepada anak seperti Hib, Pneumokokus, Rota virus, Varisela, HPV, Hepatitis A, Tifus, Influenza. Vaksin tersebut sangat diperlukan anak untuk mencegah virus-virus pembawa penyakit mematikan.
Sebagai orang tua yang baik dan peduli terhadap kesehatan anak yuk lakukan 4 hal di atas dalam mencegah stunting anak. Mari kita ciptakan Indonesia Sehat. Terutama untuk anak-anak agar terhindar dari stunting.
__________________
sumber :
www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
www.alodokter.com