Di bawah tetesan gemercik hujan aku berjumpa dengannya. Gadis cantik yang menyatu dengan hujan. Acap kali aku menyodorkan payung selalu berujung dengan penolakan. Ungkapnya hujan adalah dia sambil tersenyum manis memamerkan lesung pipinya. Aku yang dari awal membenci hujan sejak kecelakaan 6 tahun lalu terbawa atmosfer keluguannya.
Namun, seiring intensitas hujan yang mulai berkurang tak tampak batang hidungnya, lagi. Pun, dengan hari ini. Hujan mulai berhenti tapi… Ah, tunggu dia datang!
“Hey, kenapa kauterlambat?”
“Maaf jika kamu menungguku. Tapi, aku harus pergi. Tunggu aku tahun depan, ya.”
Bersamaan dengan kilauan mentari bayangannya lesap tertelan cahaya. Aku akan merindukannya dan hujan.
_________________ Flash Fiction ________________
100 kata
Cieee… pengalaman ya om. :v
hujan memang menyenangkan….. membangkitkan kenangan…. halah 😀
hujan mengalihkan arah
hujan mengalihkan pandang
Tapi irama rintik hujan mengalun sempurna bersama kenangan
Hujan di ujung tanduk
tanduk apa Ka? 😀