CUKUP! Hentikan! Aku tak sanggup lagi.
Lirihku yang berulangkali terhempas ke lantai dengan keras. Benda runcing nan tajam yang digenggamnya pun semakin menggila, menghujam, mencabik-cabik tanpa ampun.
“BERENGSEK! SIALAN! Akan kubunuh kau!”
Teriaknya dengan tumpahan air mata yang membanjiriku. Sayatan benda itu semakin meliuk-liuk tak beraturan. Benang-benang yang tersusun rapih berceceran menjadi helaian kecil bahkan tak berbentuk.
Aku kesal. Tak seharusnya ikut menanggung sakit yang kauterima hanya karena tak jadi kawin.
“Kaubilang ingin meminangku. Tapi, mana? Kau bahkan tak datang. Aku pasti membunuhmu. Tunggu saja! Kau akan hancur seperti kebaya putih yang kaupilihkan ini.”
Kilatan tajam di matanya tanpa keraguan.