Jantungku berdegup kencang di kamar yang selalu aku impikan ini. Mawar merah yang bertengger di atas meja rias kurontokan kelopak-kelopaknya, dan menerbangkannya di atas kasur.
Derap langkah terdengar mendekati pintu kamar. Aku yakin itu dia. Kuredamkan tubuhku dibawah selimut.
“Sayang, kau di sini rupanya!” Dia menarik selimut, lalu membalikan tubuhku. Matanya meloncat, terjatuh ke lantai mendapati diriku.
“Laila, kau? Kenapa kau, di sini?”
“Tentu saja untuk menemani malam pertamamu, mas! Denganku!”
“Tidak Laila! Pergilah! Aku tidak ingin istriku salah paham.”
“Ah, istrimu? Akan kutunjukan dimana dia sekarang!”
Sprei berwarna putih itu berubah menjadi merah pekat.