Tikus Tikus Perusahaan. Ya, aku mau berbagi pengalaman menarik selama satu tahun jadi marketing di salah satu perusahaan chemical Jepang untuk plastic injection moulding.
Eh, iya. Ada yang masih kurang paham tentang perusahaan yang memproduksi plastik injeksi? Aku coba jelaskan sedikit, ya.
Contents
Manufacturing Injection Plastic
Pada kenal dengan mobil-mobil buatan Jepang, dong? Seperti Honda, Toyota, Suzuki, Mitsubishi dan lainnya.
Untuk bodinya dan beberapa komponen lainnya terbuat dari plastik atau fiberglass. Misalnya: pintu kendaraan (door), Handle pintu (door handle), pengunci pintu (door lock), bumper, kaca kendaraan, dan komponen lainnya hingga bagian part-part kecil.
Jadi, semua itu tidak diproduksi semua oleh pemilik brand mobil tersebut, melainkan untuk door handle di perusahaan A, bumper di perusahaan B dan kaca kendaraan di perusahaan C, begitu seteusnya. Sudah ada gambaran bukan?
Walau pekerjaanku lebih sering bergaul dengan bagian injeksi atau engineering, tak lepas juga dari peran purchasing ketika purchase order/pesanan turun. Apalagi menyangkut soal harga, setiap hari tak lepas dari kicauan para purchasing minta penawaran harga baru dengan penurunan harga atau diskon.
Terlebih jika pembeliannya di bawah minimum order tapi minta harga minim. Karena perusahaan tempatku kerja yang di Indonesia masih office untuk penjualan saja, sedangkan produksi masih di Jepang tentunya tidak dapat disamakan dengan agen. Dalam penentuan harga pun tidak seperti agen yang bisa melambung tinggi.
Sebagai marketing aku paham betul alasan purchasing berkoar-koar untuk penurunan harga. Seperti keadaan ekonomi yang tidak stabil, budget yang sudah ditentukan untuk mengurangi kerugian, dan lainnya.
Dan salah satu job desk purchasing memang seperti itu. Sebisa mungkin mencari produk berkualitas dengan tarif rendah. Sama halnya saat membeli pakaian atau kebutuhan pribadi yang berharap mendapatkan produk bermerek dengan harga murah.
Baca Juga: Manajemen Pemasaran Perusahaan Jepang
Tikus Tikus Perusahaan yang Meresahkan
Jika dengan engineering membahas produk dan purchasing membahas harga. Berbeda dengan pelanggan yang satu ini. Mengenai harga, dia malah meminta harga naik, kenapa? Bukan karena perusahaan tersebut penjualannya bagus atau termasuk perusahaan raksasa, tapi uangnya itu masuk ke kantong pribadi.
Sistem Korupsi Tikus Tikus Perusahaan
Masih gak ngerti? Oke, misal total harga semua produk $300, lalu purchasing minta penawaran harga baru dengan nominal $350. Nah, yang $50 itulah yang masuk ke kantong pribadi.
Perusahaannya membayar dengan harga $350, yang $50 itu dikirim dari perusahanku ke rekening pribadi purchasing tanpa sepengetahuan perusahaan tempat dia bekerja. Mungkin istilah yang lagi tren adalah mark up.
Aku pernah dengar sebelumnya dari pelangganku yang orang Jepang, bahwa purchasing perusahaannya dipecat karena ketahuan makan uang perusahaan. Sampai beliau ngasih wejangan agar aku tidak melakukan hal buruk tersebut.
Direktur kantor juga pernah bercerita bahwa dulu di Jepang ada hal seperti itu, namun sekarang tidak boleh. Karena bagaimanapun uang itu milik perusahaan, untuk menggaji karyawan dan kebutuhan fasilitas kantor lainnya, belum persenan untuk para pemegang saham.
Syahdan, berhubung selama ini gak pernah ada purchasing yang ngajak ke jalan sesat, dengan polosnya aku bilang saja bahwa peraturan perusahaan tidak memperbolehkan berbuat curang. Memang tidak ada peraturan tertulis soal itu tetapi bagiku itu perbuatan yang salah sehingga aku tolak mentah-mentah.
Kerugian Korupsi
Walau penjualan perusahaanku memang tidak mengalami kerugian, namun setiap uang yang keluar harus ada laporan yang jelas. Ngeri sekali kalau ketahuan pas audit yang bermaslahkan perusahaan. Untung saja pelangganku paham dengan apa yang aku maksud. Sehingga tetap menggunakan produk kami.
Di luar sana masih banyak marketing dan purchasing yang melakukan praktik tersebut. Makan uang perusahaan, tanpa memedulikan apa yang akan terjadi ke depannya. Entah itu pemecatan atau bahkan perusahaannya yang gulung tikar. Tidak sedikit kasus seperti ini.
Kesimpulan
Ke depannya juga pasti aku akan menemukan orang-orang seperti itu. Tikus Tikus Perusahaan yang meresahkan. Menurut aku, misalkan gaji gak naik-naik, tinggal cari kerjaan yang lain bukan dengan perbuatan kotor, atau berjuang menaikkan neraca penjualan.
Masih banyak cara menghasilkan pendapatan yang besar tanpa merugikan diri sendiri maupun orang lain.
“Berhubungan dengan uang tidak akan pernah ada habisnyakan? Namun jangan sampai uang mengendalikan akal sehat kita.”