Liburan Keluarga di Pangalengan Bandung. Sejuk dan Dinginnya Membangunkan Memori Akan Pendakian

Tomoyo Rin

Updated on:

liburan keluarga di pangalengan bandung

7 Juni 2019, hari ketiga lebaran aku dan keluarga suami sudah sibuk dari subuh untuk mempersiapkan perjalanan ke Pangalengan Bandung. Tujuan kami adalah menghabiskan sisa libur lebaran yang sebentar lagi usai dengan menginap di Villa Mutiara. Sebuah Villa yang lebih dari cukup untuk menampung keluarga besar di Bandung.

Jl. Jakarta di pagi hari itu belum begitu ramai sehingga perjalanan lancar tanpa hambatan kemacetan. Akan tetapi, Kota Kembang ini selalu ramai dengan wisatawan. Saat melewati alun-alun, jalanan sudah dipadati pengunjung yang tengah swafoto. Di sudut lain beberapa orang mengantri foto dengan para cosplayer dengan berbagai karakter ada dari tokoh anime, super hero, Transformer, hingga hantu Indonesia. Si Bule yang melihat Bee langsung antusias teriak ”Ada robot. Ada robot.” Bahkan saat mobil semakin menjauh Si Bule masih sibuk menanyakan di mana robotnya. Beruntung dia mulai lupa setelah tiba di penginapan.

Udara sejuk seketika itu menyergap seluruh kulit membuatku rindu akan masa-masa mendaki gunung. Di mana dingin selalu menemani heningnya hutan di malam hari.

Villa Mutiara Pangalengan Bandung Tempat Menginap yang Nyaman

Villa Mutiara

Mobil terparkir, semua barang kami turunkan dari bagasi dan disimpan di dalam rumah panggung satu lantai yang kami pilih. Sedangkan rumah satu laginya yang terletak di dekat gerbang pintu masuk memiliki dua lantai untuk saudara. Ada seluncuran untuk bermain anak di samping rumah panggung. Namun, si Bule tidak ingin main perosotan di sana karena alasan kotor. Akhirnya kami memilih ayunan yang ada di rumah depan.

Dibandingkan rumah yang kami tempati yang masih dapat merasakan hawa hangat, di rumah depan dingin sangat terasa. Kemungkinan karena lantai yang berkeramik, berbeda denga rumah satunya yang memang semuanya terbuat dari kayu termasuk lantainya.

Embun di Pagi Hari

Masing-masing rumah memiliki dapur dan kamar mandi, sehingga tidak perlu khawatir jika ingin masak sendiri. Namun, yang harus digaris bawahi adalah air di sini sangat dingin. Jika mandi tidak menggunakan air hangat, kepala seakan di tusuk-tusuk jarum. Ya, aku nekat melakukannya. Hal itu membuka lebar memori pendakian gunung Gede. Ah, tentu saja aku tidak akan pernah lupa akan satu malam yang menyiksa karena hypotermia. Anehnya, di sini yang aku rasakan hanya kesejukan bukan dingin yang menyiksa.

Wisata Setu & Sungai

Pemandangan yang indah, terutama jika dilihat dari lantai dua. Semuanya terlihat hijau. Ada kebun sayuran yang tinggal menunggu hari untuk dipanen. Dikejauhan Nampak pepohonan rindang mengelilingi Situ Cileunca, membuatku semakin tak sabar untuk berkeliling danau buatan menaiki perahu kecil. Karena terakhir terombang-ambing di atas hamparan air saat trip ke Pulau Pramuka.

Situ Cileunca

Tidak hanya sebuah danau, di Pangalengan terdapat wahana rafting yang menjadi pilihan kami untuk menikmati masa-masa liburan. Ada juga outbound yang tidak sempat dicoba karena waktu yang terbatas. Bahkan, jika waktu masih banyak ingin sekali menginjakkan kaki di perkebunan teh yang tidak jauh dari penginapan.

Dari banyaknya objek wisata di Bandung, Pangalengan adalah salah satu destinasi wisata yang harus dipertimbangkan. Banyak penginapan dengan harga terjangkau. Penjaja makanan yang bervariasi. Ada nasi padang, sate, olahan ayam, bakso, dan lainnya. Sehingga jika tidak tersedia makanan di penginapan bisa membeli yang ada di sekitaran rumah inap.

Aku memilih Bakso Chuanki yang mendukung untuk menghangatkan badan saat udara dingin semakin menusuk menembus tulang. Uap yang mengepul dari kuah segar yang super pedas membuat perut menjadi hangat. Nikmatnya mengalahkan makanan lezat di restoran mahal manapun.

Begitu menyenangkan berlibur di Bandung Selatan. Bahkan, di sepanjang perjalanan pemandangan gunung dan bukit-bukit kecil mengambil alih pandanganku untuk tidak berpaling. Perjalanan yang hampir menempuh 2 jam dari Jl. Jakarta tersebut tidak membuat lelah. Aku rindu hutan dan gunung yang telah membesarkanku menjadi sosok yang selalu disadarkan akan besarnya kekuasaan Allah.

Btw, apa yang kalian lakukan saat libur panjang?

18 pemikiran pada “Liburan Keluarga di Pangalengan Bandung. Sejuk dan Dinginnya Membangunkan Memori Akan Pendakian”

  1. Nah, ini niy..kawasan pangalengan, aku dan keluarga belum pernah eksplore pangalengan niy mbak, bolak-balik seringnya ke ciwidey yaitu tetangga dekatnya pangalengan, next holiday, insyaAllah mengagendakan untuk explore kesana lah hehehe

    Balas
  2. Sambil baca postingan ini saya berdoa,, semoga saya bisa liburan di daerah Jawa barat. Ketik aamnin yang baca postingan ini semoga saya dan kalian dimudahkan tadabbur alam

    Balas
  3. Jadi kebayang sejuk dan dinginnya di sana gimana. Kalau di Sulsel mungkin daerah pangalengan ini seperti di Malino. Btw asyik liburan lebaran gitu masih bisa wisata, saya liburan panjang lebih sering di rumah saja. Jarang wisata hehe.

    Balas
  4. duuhh Mbak, saya yang jadi menggigil baca cerita nekad mandi tanpa air hangat itu, huhuhuh.
    Liburan panjang di rumah aja nih Mbak, asa bayi kicik jadi enakan di rumah aja, heheeh.
    Foto lainnya mana nih Mbak? Masih kurang ini, secara saya gak tahu Pangalengan ini, heheh

    Balas
  5. Saat ini di Jogja juga baru dingin-dinginnya.. Ga kebayang bagaimana dinginnya pangalengan. Wah, pernah ngalami hipotermia ya mb? Itu sesek itu atau gmn rasanya? Terus pertolongannya sebaiknya seperti apa?

    Balas
    • Dinginnya seperti memegang es batu dalam jangka waktu panjang. Hehe…
      Penangannnya nanti tergantung kondisi si penderita mba, selama bisa diatasi dengan mengenakan pakaian hangat, sudah cukup. Namun jika sampai kondisi drop harus segera dibawa ke rumah sakit.

      Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.