Pesta Fiksi 3 – Bukan Ratu Rimba

Tomoyo Rin

Updated on:

Seperti biasa, setiap kali keluar mall tanganku tidak pernah kosong. Bau khas pakaian dan sepatu baru menggoda indra penciumanku. Menyilaukan pandangan. Mataku yang berwarna coklat terang tidak dapat dipungkiri telah berubah menjadi hijau. Dan, sekarang lemariku semakin sesak dengan baju-baju yang jarang aku jamahi. Karena mereka sangat berharga untuk aku buang jika warnanya memudar, sama seperti lelaki yang baru membuka pintu.
 
“Lagi. Kaumembeli barang-barang yang tidak akan dipakai honey.”
 
“Sudah pulang mas. Kamu langsung ke sini?”
 
“Aku sangat merindukanmu.” dia mencium bibirku dengan lembut.
 
“Bagaimana jika istri pertama mas ngomel-ngomel lagi? Aku bosan mendengar sungutnya yang cerewet.”
 
“Tenang saja. Mas sudah belikan dia mobil baru.”
 
“Oh. Kapan mas akan menceraikan wanita tua itu?”
 
“Jika kauberhenti mengoleksi baju-baju berwarna hijau itu.”
 
 “Jangan membuat pilian yang sulit mas.”
 
“kamu yang mempersulitnya. Kaubukan seorang ratu rimba, kauistriku.”

Suamiku melucuti pakaianku sedikit demi sedikit. Lebih baik selamanya aku menjadi istri keduanya daripada harus mengorbankan salah satu.  
 
 

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.