Waduk Cirata Bandung, Perjalanan dengan Sejuta Kisah

Tomoyo Rin

Updated on:

waduk cirata bandung

Perjalanan kali ini menuju salah satu waduk yang berada dia daerah Bandung yaitu waduk Cirata Bandung. Ternyata saat lagi galau pergi berkelana jauh bukan pilihan yang salah. Mencoba meredam emosi atas semua kemunafikan yang didapat, memberikan berjuta pelajaran berharga. Dengan nekatnya pergi ke Bandung sendirian. Walau sudah terbiasa, namun diperjalanan kali ini aku bener – bener shock banget.

Baca Juga : Kawah Putih Bandung

Contents

Kisah di Perjalanan ke Waduk Cirata Bandung

Terdampar di Ciroyom

Miss communication dengan teman yang niatnya hendak mengantarkan ke rumah saudara. Berhubung tiba di Bandung magrib dan kata Saudaraku kalau udah magrib tidak ada mobil. Maklum rumah saudaraku ada dipelosok Bandung.

Kesalahan komunikasi itu terjadi karena ponsel dua-duanya malah mati. Sial banget memang. 3 jam berdiri di terminal Cicaheum, perasaan sudah tidak karuan dan pengin nangis. Waktu menunjukan semakin malam dan akhirnya  aku memutuskan naik angkot jurusan Cicaheum-Ciroyom.

Tiba di sana, yg pertama aku cari tentunya konter Hp mau nebeng carger. Tapi, bapak-bapak yang punya konter menatapku dengan wajah mengusir ketika bertanya seperti ini “Permisi Pak, saya boleh ikut carger di sini?”

Dengan tegas bapak itu menjawab “Maaf tidak bisa neng.” melihat gerik si bapak yang aneh aku coba membujuk lagi “Ayo, dong pak, penting banget nih.” dan akhirnya si bapak pun mengijinkan.

Dalam hati aku berkata “tenang saja pak, saya bukan perampok yang bakalan embat semua barang-barang yang ada di konter bapak. Dan saya juga bukan teroris yang bakaln bom konter bapak.”

Ketinggalan Angkutan Umum Terakhir

Dan memang benar setelah bertanya kepada si bapak pemilik konter bada Magrib sudah tidak ada angkutan umum lagi ke Cipeundeuy. Saat itu aku benar – benar bingung tapi alhamdulillah ada seorang pemuda pemilik kios yang menawarkan untuk bermalam di sana.

Apa boleh buat daripada aku ngegembel terus diganggu sama pereman terpaksa terima deh, tawarannya. Karena ada rasa takut yang menyelimuti dalam diri. Aku begadang semaleman sambil nungguin tuh si aa pemilik kios jaga tokonya.

Setelah berbincang lama ternyata dia juga masih orang sunda tepatnya orang Majalengka. Mendengar itu hati menjadi lega karena tuh orang emang benar-benar niat menolong dengan ikhlas.

Pagipun datang, dan ada satu hal yang baru tersadar bahwa hari itu adalah perayaan Idul Adha. Otomatis tidak ada mobil yang beroperasi. Terpaksa aku nunggu sampe jam 12 siang baru dapet mobil.

Liburan di Waduk Cirata

Akhirnya aku selamat sampe tempat tujuan di Cipeundeuy. Di sana saudaraku mengajak mengunjungi Waduk Cirata yang tidak begitu jauh dari rumahnya.

Udara yang berhembus menyelimuti seluruh tubuh. Kesejukan yang terasa menelusuk tajam kedalam hati, membuat sebuah ketenangan yang waktu itu tengah hancur. Keindahan alam yang luar biasa, tawa riang keponakan membuat semangat ini kembali bangkit.

Dari sana aku sadar bahwa saat terpuruk kita tidak sendiri. Masih banyak orang disekeliling kita yang peduli dan sayang dengan kita. Termasuk orang yang tidak dikenal sekalipun. Pelajaran hidup yang berharga yang aku alami ini tidak akan pernah terlupakan. Tuhan terimakasih atas semua anugrah yang Kau berikan untukku.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.