Melawan Keterbatasan Dengan Belajar 

Tomoyo Rin

Updated on:

melawan keterbatasan
Menyambung tulisan sebelumnya tentang belajar di usia dewasa, postingan ini akan membahas tentang melawan keterbatasan. Keterbatasan seseorang yang seringnya menjadi minder dengan kelebihan orang lain. Merasa kecil di lingkungan yang penuh kaum militan. Merasa takut untuk menunjukan diri di muka umum.
Nyatanya semua itu hanyalah perasaan saja. Tidak ada yang perlu diresahkan. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Tidak ada yang perlu disembunyikan. Karena dalam bersosialisai, bukan lingkungan yang mengikuti keberadaan kita. Namun, kitalah yang mengikuti lingkungan tersebut.

Contents

Hah, kok kita yang ngikutin? 

Ibarat makan. Piring itu penting sebagai wadah nasi dan lauk-pauknya. Kalau tidak adak piring/tempat lainnya, mau makan di tanah. Yakin, mau? Di mana di atas tanah yang tengah kekeringan, ada sisa kencingnya hewan, jutaan bakteri berkerumun. Yakin, siap sakit? Ah, tidak dong. Sehat itu mahal. Begitu juga lingkungan hanyalah sebuah wadah. Yang menentukan baik-buruknya ya makhluk hidup yang ada di dalamnya. Terutama manusia, sebagai makhluk yang diberi akal dan kecerdasan melebihi makhluk lainnya.
Orang-orang saling beradu menunjukan. Ini aku. Ini yang aku punya. Ini yang sudahaku lakuin. Nah, kalau kita hanya merasa resah dengan ketidakpercayaan terhadap diri sendiri, sampai kapanpun seperti jarum dalam jerami. Tidak terlihat. Bahkan bisa jadi tidak ada yang menyadari keberadaan kita. Perlahan menghilang deh seperti buih di lautan. Sehingga, munculah perasaan dan pikiran negatif.

Oleh karena itu otak harus tetap waras

Membuka diri itu penting untuk bertahan di tengah lingkungan yang tidak beda jauh dengan hutan rimba. Suasana mencekam, banyak makhluk buas yang sedang mengintai, ada yang bermuka dua dan ketegangan lainnya. Namun, dibalik itu semua, sebetulnya tidak ada yang perlu ditakuti. Karena suasana yang tidak bersahabat itu hukum alam dalam bertahan hidup. Seekor ibu singa begitu menyayangi anaknya. Kucing dan lumba-lumba saling bersahabat. Kupu-kupu dan kumbang saling membantu. Burung dan serigala saling bersiul.
Pun, dengan manusia. Sekeras-kerasnya hidup, manusia satu dengan lainnya saling bergantung. Saling bahu-membahu. Saling menguatkan. Saling memberi manfaat. Saling menghargai. Kalaupun ada si raja singa yang mengacaukan segalanya. Tidak perlu resah, karena akan lebih banyak lagi orang yang saling berpangku tangan.
Selalu ingatkan kepada diri sendiri. Membuka diri itu tidak ada ruginya. Karena hidup sungguh sayang untuk di sia-siakan. Sedangkan waktu terus berjalan. Dunia ini penuh dengan warna. Kenapa hidup kita malah buram yang tidak beda jauh dengan tv hitam-putih zamannya bensin masih dua ribu lima ratus rupiah?

Cara Membuka Diri

Membuka diri itu penting banget. Apalagi jika selama ini hidup sebagai si introvert. Sekaranglah saatnya untuk melawan keterbatasan. Dengan tekad kuat dan keyakinna. Tentunya dengan terus belajar, belajar dan belajar.
Adapun hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenal diri sendiri. Dengan merenungi hal ini.
Siapa aku?
Apa kemampuanku?
Apa yang aku miliki?
– Edith Grotbergh
Jika sudah tahu jawabannya. Lakukan langkah berikutnya dengan menunjukan ketiga hal di atas. Ungkapkan ke publik. Siapa aku, siapa kamu, siapa kalian. Tunjukanlah dengan penuh percaya diri. Dengan pikiran-pikiran positif. Dengan menegaskan kepada diri sendiri, untuk mencoba.
Mereka bisa, kenapa aku tidak?
Aku percaya, kesulitan datang karena keraguan. Dan keraguan harus dibunuh dengan tindakan. Jangan menyerah sebelum bertindak. Coba. Coba lagi. Dan coba terus. Lakukan. Lakukan lagi. Dan lakukan selamanya. Sesimple itulah hidup kita.
Mengenai hasil jangan diambil pusing. Diterima tidaknya oleh lingkungan jangan terlalu dipikirkan. Jika tidak sesuai harapan, tinggal bangkit lagi. Cari tahu apa yang salah? di mana yang harus diperbaiki? Selalu seperti itu. Batasan apapun dalam diri, jangan sampai mengikat kuat kelebihan yang dimiliki. Karenanya begitu penting dalam melawan keterbatasan.

Melawan Keterbatasan Dengan Belajar

Tuhan itu maha adil. Bagaimana pun bentuk fisik manusia, tidak ada yang hanya memeiliki kelebihan atau kekurangan saja. Malahan, kelebihan bisa menjadi kekurangan dan kekurangan bisa jadi kelebihan. Yes! Batasan yang kita anggap kekurangan itu, bisa dibabat habis menjadi kelebihan.
Lihatlah para atlet disabilitas yang mampu meraih emas dan mengharumkan nama Indonesia. Secara fisik mereka memiliki kerbatasan. Namun, tidak berarti tidak mampu berprestasi. Tidak berarti keterbatasan tersebut membatasi segalanya. TIDAK! Mereka melawan keterbatasan tersebut.
Dan, cara agar keterbatasan itu menjadi sesuatu yang bermanfaat dengan melawannya. Melawan dengan belajar. Belajar secara teori maupun dari pengalaman. Belajar dari semangat orang lain. Belajar dari kesalahan orang lain. Belajar dari segala aspek kehidupan.
Ini kisahku, 
Bahasa adalah kelemahanku. Pengucapan P, F dan V saja suka terbalik. Apalagi ngomong english, lidah keseleo mulu. Lalu, apakah kelemahan itu membatasiku untuk belajar bahasa asing? Tidak. empat tahun loh aku mengambil sarjana bahasa Jepang. Mempertaruhkan masa depan dengan yang menjadi kelemahan. Karena kemauan dan keyakinan alhamdulillah membuahkan hasil. Atau aku tidak jago gambar sama sekali, namun aku belajar dari buku, google, youtube cara menggambar yang proposinya bagus itu seperti apa. Yah, dalam prosesnya memang tidak mudah. Selalu saja ada hambatan. 
Namun,,,,,, 
Jangan menyerah sebelum bertumpu pada titik akhir. Apapun itu perlu diperjuangkan dan dicari solusinya. Demi melawan keterbatasan dalam diri.
Menyerah terhadap keadaan bukan pilihan yang tepat. Menunjukan eksistensi diri jangan kalah sama eksistensi makhluk tak kasat mata atau kehadiran mantan yang ngebet pengin balikan.  Sebaliknya, mari melawan keterbatasan kita dengan belajar.
Muda atau tua, belajar itu kebutuhan. Seperti aku membutuhkanmu. *tsah
_____________________
Postingan ini diikutsertakan dalam one day one post Estrilook Community

55 pemikiran pada “Melawan Keterbatasan Dengan Belajar ”

  1. suka dg kalimat penutupnya mba, Belajar adalah kebutuhan..ya kalau ingin bertahan dengan keterbatasan harus belajar ya 🙂

    Balas
  2. Ak tipe introvert jg n hal yg bikin wall banget dihidup aku itu adl org2 yg ga bs nerima hoby aku. Tp skrg ak bebas aj sih. Sjk pny anak ak mrs segalanya bs disalurkan n ditularkan sm anak. Jd arti belajar buat ak it adl ktk menjadi Ibu.

    Balas
  3. Setuju ka erin, keterbatasan bukan jadi alasan untuk tidak mampu/tidak bisa tapi harus jadi semangat untuk terus belajar dan berkembang.

    Balas
  4. Setuju, Mbak. Bahwa dengan belajar kita mampu untuk mendobrak keterbasan kita. Dengan belajar kita menjadi tahu mana yang harus diperbaiki dan melanjutkan perjuangan. Kalau Mbak Erin ada kendala dalam bahasa, kalau saya ada kendala berbicara dengan orang. Pasti jadi blepotan karena minder. Dan ujungnya cuma senyum aja. Seringnya dulu apa yang akan saya sampaikan ke orang, jadi gagal 🙁

    Balas
  5. Belajar memang mampu membuat kita lupa bahwa punya kekurangan, keterbatasan pun seakan hilang yah kalau rajin belajar. Saya jadi mikir juga nih saya udah belajar apa saja yah. Thanks for sharing mbak

    Balas
  6. Jangan jadikan keterbatasan sebagai alasan tapi justru menjadi motivasi terbesar. Dulu, saat saya mengeluh dgn keterbatasan yg saya rasakan, seorang sahabat bilang “orang hebat itu mampu terus berkarya meski tak memiliki senjata”

    Balas
  7. Saya pernah mendengar nasehat, bahwa sebenarnya setiap orang dilahirkan dengan paket kemampuan yang luarbiasa. Dengan belajar adalah salah satu media utk membuka paket kemampuan tersebut.

    Balas
  8. dulu tuh, aku pemalu banget , ndak bisa membuka diri di awal percakapan dengan orang baru yang baru dikenal. ALhamdulillah perlahan-lahan mulai dech, bisa membuka diri, bisa menyapa orang yang baru kutemui dan dari semua itu terbukalah peluang untuk mendapatkan banyak sekali informasi dan pengetahuan.

    Balas
    • Betul mba.. Aku suka salut sama orang yang secaa fisik memiliki keterbatsan tapi mampu meberikan yang terbaik untuk dirinya maupun lingkungan sekitar. Aplagi mengharumkan nama bangsa.

      Balas
  9. Wow saya salut menjadikan kelemahan sebagai tantangan. Selama ini saya berpikir kayak gitu juga ke anak-anak. Anak saya lemah di publik speaking misalnya, saya berasa makin getol pingin ngelesin dia yang berhubungan dengan bicara di depan banyak orang. Lalu suatu hari saya membaca parenting ala Denmark (kalau enggak salah) apa di buku Ayah Edy ya, atau di kedua buku tersebut. Justru yang sebaiknya dikedepankan oleh orangtua adalah kelebihan anak. Misal anakku unggul di gambar ya itu yang diasah, bukan justru kelemahannya yang ingin didobrak. Menurut Mbak gimana tentang teori tersebut?

    Balas
    • Itu tidak salah si mba karena sudah dibuktikan di negara Denmark.
      Nantinya tergantung kondisi si mba, mungkin bisa dua-duanya, namun jangan memaksakan juga untuk anak-anak karena takutnya si anak malah stres. Jika sudah dewasa mungkin baru bisa ditekankan bagaimana cara mengatasi kekurangan/keterbatsannya. Jangan sampai saja kelebihan si anak malah tertutupi karena kekurangannya.
      Misal anak mba nih gambarnya sudah jago, namun karena mengalami masalah di publik speaking dan susah menunjukan karya ke orang lain, kan sayang juga nih mba. Perlahan saja mba, karena masih kecil juga. Mana yang harus diprioritaskan. Semoga bisa membantu.

      Balas
  10. Harus mau belajar terus ya mbak. Apalagi kalau mau sukses.
    AKu jg ada satu hal yg ingin kupelajari nih.
    Harus inget “Mereka bisa, kenapa aku tidak?” emang yaa TFS 😀

    Balas
  11. Sebagai manusia kita tentu harus mengikuti perkembangan jaman. Keterbatasan diri bukanlah penghalang untuk maju. Justru langkah melampaui batas dan tak henti belajar inilah yang harus terus kita lakukan sepanjang hiduo.

    Balas
  12. Bener banget, kita harus terus belajar. Harus mengikuti juga metode yang kontemporer dan tiada batas.

    Apapun keterbatasan kita, dengan belajar bisa membuat hidup kita lebih bernilai.

    Balas
  13. Keren banget loh ini malah sekolahnya dengan gelar sarjana bahasa Jepang, dari sini sudah terbukti bahwa keterbatasan bukanlah menjadi penghalang seseorang ingin terus belajar dan maju. Sama halnya seperti diriku yang sedang belajar untuk terus membuat konten blogku konsisten.

    Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.