Romansa Situ Patenggang Bandung Beserta Mitos yang Beredar

Tomoyo Rin

Updated on:

romansa di situ patenggang bandung

Situ Patenggang adalah sebuah situ atau danau yang berada di kawasan wisata Ciwidey Bandung Barat. Lokasinya tidak begitu jauh dari Kawah Putih Gunung Patuha. Hanya beberapa menit saja bisa sampai di lokasi yang dikelilingi oleh hamparan pohon teh.

kebun teh ciwidey bandung

Baca Juga: Ini Dia Kawah Putih Ciwidey Setelah Sebelas Tahun.

Hijaunya perkebunan menciptakan nuansa yang menyejukan hati dan dibalut dengan sebuah kisah romantis dari putra prabu dan titisan dewi alam yang membuat salah satu objek wisata ini semakin populer. Terutama dikalangan kaula muda yang tengah dimabuk cinta dan menginginkan kisahnya abadi.

Pun, dengan aku yang begitu penasaran karena banyak peserta tour yang ingin berkunjung ke Situ Patenggang. Beberapa lainnya ingin memetik stroberi langsung dari tangkainya yang harus berakhir dengan kekalahan karena keputusan akhir adalah ke Patenggang.

Kisah Romansa di Situ Patenggang

sejarah situ patenggang

Dahulu kala, saat tanah Sunda masih berupa kerajaan seorang pemuda bernama ki Santang terpikat hatinya oleh Dewi Rengganis. Keduanya tidak dapat menolak panah sang cupid untuk saling mencintai. Akan tetapi, cinta itu harus merasakan pedihnya perpisahan. Kehilangan orang yang dicinta sangat menyesakkan, namun cinta yang besar dan mendalam membuat keduanya saling mencari, sebelum akhirnya dipertemukan kembali.

Sebuah batu besar menjadi saksi pertemuan sepasang kekasih yang saling merindu. Tak lama dari pertemuan, Rengganis meminta Ki Santang agar membuat danau dan perahu untuk berlayar. Ki Santang pun menyetujui permintaan kekasihnya.

Danau tersebut bernama Situ Patenggang atau Patengan dan Pulau ditengahnya yang terkenal dengan nama Pulau Asmara adalah perahu yang diminta oleh Dewi Rengganis. Sedangkan batu yang menjadi saksi bisu pertemuan diberi nama Batu Cinta.

Patengang = Pateangan-teangan = Saling Mencari

Patenggang = Terpisah dari Jarak & Waktu

Konon sepasang kekasih yang mengelilingi Pulau Asmara, kisah cintanya akan langgeng. Seperti Ki Santang dan Dewi Rengganis. Mau, coba?

Langit Kelabu yang Membuat Khawatir

pulau asmara situ patenggang
Air danau yang surut namun masih bisa mengelilingi Pulau Asmara yang berada di tengah situ.

Peralihan musim dari kemarau ke hujan membuatku sedikit khawatir karena rintik hujan membasahi tanah Ciwidey semenjak ke luar dari kawasan Kawah Putih. Sangat disayangkan tiket masuk yang sudah ada dalam genggaman jika tidak terpakai. Walau begitu, Ki Santang & Dewi Rengganis sepertinya ingin aku dan rombongan tour meningalkan jejak di sana. Hujan pun seketika reda.

Langit mulai terang setelah awan gelap menutupi, walau sinar mentari masih terhalang menembus kumpulan awan di langit yang masih menyisakan warna abu. Hembusan angin menyapa dengan cuaca dingin yang membuat jemari tangan memerlukan kehangatan.

Saat itulah mataku tertuju pada kepulan asap dari jagung rebus dan aroma adonan tepung yang tengah di goreng dalam kwali besar membuat perut ikut keroncongan. Padahal belum 30 menit nasi dan ayam goreng sudah memuaskan cacing-cacing di perut.

Ah, memang tidak ada yang mengalahkan nikmatnya gorengan hangat dan di makan bersamaan dengan cabai rawit yang pedas.

situ patenggang bandung

Sebelum memasuki gerbang situ yang memiliki atap dari ijuk, di pinggiran danau berjejer penjual kaos dengan beragam tulisan wisata Bandung, tas rajut, dan pernak-pernik lainnya.

Terdapat juga kios yang jual buah-buahan seperti stroberi, alpukat dan terong belanda. Awalnya aku terkecoh dengan bentuknya yang mirip buah jambe. Sampai Bu Bidan penasaran menanyakan asalku karena tahu kata “jambe”.

Haha, ada yang tahu jambe? Itu lo, kalau bahasa Indonesianya Pinang. Pohonnya sering digunakan untuk panjat pinang saat acara agustusan itu, lo. Buahnya berwarna hijau atau kuning.

Surutnya Air Danau

santai di gajebo pinggir danau

Musim kemarau 2019 memang sangat panjang, membuat air danau masih dalam kondisi surut. Padahal intensitas turunnya hujan hampir tiap hari. Walau begitu, masih ada perahu yang beroperasi untuk membawa pengunjung mengelilingi danau. Berbeda dengan danau di Taman Mini Indonesia Indah yang kering total.

Baca Juga: Taman Mini Indonesia Indah dari Ketinggian

Cuaca yang masih dingin membuatku enggan untuk menaiki perahu. Hanya duduk santai di gajebo yang sudah tersedia sambil menyantap jagung rebus. Setelahnya, waktu yang terus berputar menunjuk pada pukul lima sore membuatku harus segera beranjak dari Situ Patenggang untuk melanjutkan ke Cibaduyut membeli oleh-oleh khas Bandung.

Entah karena hujan dan waktu yang terbatasa tidak ada kesan spesial di Situ Patenggang, selain legenda yang menarik untuk direnungi.

Cinta memiliki jalannya sendiri untuk saling bertemu dan berpisah…

23 pemikiran pada “Romansa Situ Patenggang Bandung Beserta Mitos yang Beredar”

    • Kisah cinta yang melegenda. Kisahnya sampai ke beberapa daerah tentang Dewi Rengganis. Iya, di daerah saya banyak yg cerita tentang Dewi Rengganis tapi tidak menyebutkan nama laki-lakinya.

      Dan dulu pas jaman pacaran, saya sempet disuruh ke situ patenggang untuk memutari batu asmara yang sangat terkenal itu.

      Balas
  1. Hawanya kebayang sejuk banget nih…Danaunya lumayan juga ya surutnya..tapi tetep indah…dan kelihatan bersih…Pengen juga kapan-kapan kesini…

    dianesuryaman dot com

    Balas
  2. Ada lagunya juga ya tentang situ patenggang ini, aku agak-agak lupa liriknya. Duh udah lama banget gak kedaerah sana, terakhir malah sebelum nikah kayanya tahun 2004 kalogak salah. Anakku pingin baget ke sana tapi sekarang lagi musim hujan ya

    Balas
  3. Mungkin kalau bisa agak lamaan di sana dan menikmati Situ Patenggang secara seksama, bakalan kerasa kesan mendalamnya ya mba. Menarik juga nih legenda Dewi Rengganis dan Ki Santang yang saling setia dalam cinta.

    Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.