Zero Waste Cities merupakan sebuah program pengelolaan sampah berkelanjutan dan fokus di kawasan pemukiman. Dengan memulainya dari lingkup RT/RW melibatkan seluruh warga untuk ikut andil dalam mengolah sampah.
Program nol sampah sendiri pertama kali diinisiasi oleh Mother Earth Foundation di Filipina. Untuk Indonesia, salah satu organisasi nonprofit yaitu Yayasan Pengelolaan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) mengadaptasi program Zero Waste Cities dalam mengolah sampah.
Program kampanye Zero Waste sendiri sudah terealisasi di Kota Bandung, Cimahi dan Kabupaten Bandung sejak tahun 2017. Hal ini berlatar belakang terjadinya bencana longsor TPA Leuwigajah yang telah memakan ratusan jiwa penduduk.
Contents
Stop Tragedi Leuwigajah Bandung
13 tahun yang lalu, tepatnya pada 21 Februari 2005 terjadi musibah longsor di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Leuwigajah Cimahi Bandung. Tragedi tersebut menyebabkan 143 jiwa warga meninggal dunia, 71 rumah dan 2 kampung yaitu Kampung Cilimus dan Gunung Aki terkubur longsoran sampah.
Tragedi miris tersebut tentunya menjadi pembelajaraan berharga untuk lebih bijak dalam menghasilkan dan mengolah sampah. Oleh sebab itu YPBB Bandung terus mengkampanyekan mengenai pengelolaan sampah. Salah satunya dengan mengelola sampah dari kawasan dalam program Zero Waste Cities.
Program Pengelolaan Sampah Zero Waste Cities

Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa jumlah sampah di Indonesia tahun 2020 mencapai 67.8 juta ton. Perkiraan jumlah sampah akan terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk.
Polemik sampah ini memang harus segera di atasi karena dampaknya begitu besar bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.
Dampak Timbunan Sampah
Apa yang terjadi di Leuwigajah merupakan salah satu kasus mengenai permasalahan yang tidak kunjung usai. Keberadaan sampah memiliki efek buruk dalam berbagai aspek kehidupan.
Kesehatan
Tidak dipungkiri sampah adalah sarang dari berbagai penyakit berbahaya bagi kesehatan. Penyebarannya bisa melalui udara, air, tanah dan organisme lain. Seperti hasil pembakaran sampah yang terhirup akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
Bahkan kandungan karbondioksida dan metan dari asap pembakaran akan berakibat buruk bagi kesehatan jantung dan menimbulkan penyakit kanker. Selain itu, menurunnya kualitas air dapat menimbulkan gejala alergi, dermatitis, serta penyakit kulit lainnya.
Lingkungan
Sampah yang tertimbun di TPA akan menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dan gas metana (CH4). Pada timbunan sampah tersebut dekomposisi anaerobik akan menghasilkan gas metana yang sangat besar. Di mana memiliki efek 20-30 kali lebih berbahaya dari karbondioksida.
Gas metana sendiri merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat dari karbondioksida. Semakin banyaknya timbunan sampah gas metana akan menjadi penyumbang terbesar dalam pemanasan global yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Sosial Ekonomi
Pengelolaan sampah yang tidak baik akan berdampak buruk bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Seperti bau yang timbul dari tumpukan sampah membuat tidak nyaman hidung. Sedangkan dampak ekonomi adalah perlunya biaya tinggi untuk mengobati penyakit karena sampah.
Cara Mengatasi Pengurangan Sampah
Dari dampak negatif di atas penting sekali untuk mengelola sampah dengan baik dan menguranginya. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan dalam mengatasi zero waste.
Berhenti Memakai Produk yang Sulit Terurai
Penggunaan produk sekali pakai berbahan plastik sudah menjadi trend sejak puluhan tahun yang lalu. Dampaknya baru terasa sekarang karena sampah plastik membutuhkan waktu hingga 50-100 tahun untuk terurai.
Bahkan proses pembakaran pun bukanlah solusi tepat karena karbondioksida yang dihasilkan mampu merusak lapisan ozon. Berhenti memakai produk plastik sekali pakai dapat membantu menolong bumi dari kerusakan.
Daur Ulang Sampah
Pada umumnya terdapat dua jenis sampah yaitu organik dan anorganik. Untuk bentuknya terbagi menjadi sampah padat dan cair.

Kedua jenis sampah tersebut dapat di daur ulang menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi. Seperti mengolah sampah organik menjadi kompos atau gas. Daur ulang sampah anorganik dengan membuat kerajinan tangan dari kantong plastik bekas.
Program Zero Waste Cities
Mengurangi sampah di Indonesia bisa dengan program nol sampah. Berdasarkan pemaparan Teh Anilawati Nurwakhidin selaku koordinator Humas ZWC YPBB dalam Talkshow Zero Waste Cities: Cegah Tragedi Leuwigajah terulang bahwa mendorong kesadaran masyarakat tidak cukup.
Untuk mendorong masyarakat peduli terhadap pengelolaan sampah perlu solusi dalam menciptakan sebuah sistem yang menjadi keharusan untuk dilakukan. Adanya program bebas sampah inilah membuat masyarakat harus terjun langsung dalam pengelolaan sampah.
Penerapan Zero Waste Cities dari Kawasan
Penerapan Zero Waste atau Nol Sampah dari kawasan merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah sampah. Hal ini sejalan dengan peraturan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Di mana prinsip pengurangan sampah harus dari sumbernya.
Tentunya Zero Waste Cities akan mengurangi ketergantungan terhadap TPA dan berdampak baik bagi petugas sampah, masyarakat setempat dan lingkungan itu sendiri dengan adanya siklus dari alam kembali ke alam.
Tujuan ZWC
- Membuat sistem pengelolaan sampah terpadu dan fokus pada suatu kawasan.
- Masyarakat memahami paradigma yang tepat mengenai pengelolaan sampah dari sumbernya sesuai UU Pengelolaan Sampah.
- Mengembangkan peran wilayah dalam pengelolaan sampah.
- Masyarakat dapat memahami berbagai jenis metode pengelolaan sampah sesuai kondisi lingkungan tempat tinggal atau kawasan pemukiman.
Manfaat Zero Waste Cities

Menerapkan ZWC dari kawasan memiliki manfaat dan dampak yang besar bagi warga dan lingkungan. Adapun manfaatnya yaitu:
Meningkatkan Kualitas Hidup Petugas Sampah.
Meningkatkan kualitas hidup petugas sampah adalah adanya pengurangan beban kerja selama pengangkutan ke TPS. Biasanya pemilahan sampah oleh petugas sampah di TPS, dengan ZWC pemilahan akan lebih mudah.
Terlebih gaji yang tidak sebanding dengan kerja berat petugas sampah ini jadi terbantu. Bahkan kota Bandung saat ini menyediakan dana insentif untuk mamang sampah.
Selain itu, tertular penyakit dari sampah lebih rentan menyerang petugas kebersihan. Seperti cerita Kang Ryan Hendryan bagian managemen ZWC kota bahwa ada petugas sampah di Sukaluyu yang pada bagian otaknya terdapat cairan akibat bertahun-tahun menghirup gas metan dari sampah.
Menghidupkan Siklus Material di Kawasan.
Sistem pengolahaan sampah organik di lingkungan RW akan menciptakan siklus pelestarian alam. Di mana makanan yang kita konsumsi akan diolah melalui pengomposan dan kompos tersebut menjadi pupuk. Sehingga akan menghidupkan tanah melalui proses pengomposan.
Mendorong Tanggung Jawab Pemerintah
Pemerintah memiliki peraturan tersendiri mengenai pengelolaan sampah dari kawasan. Akan tetapi perlu tindakan yang nyata dan berkelanjutan di masyarakat yaitu dengan adanya program ZWC.
Mengurangi Jumlah Sampah yang Diangkut ke TPS
Adanya proses pengomposan di kawasan akan mengurangi beban sampah yang dibawa ke TPS dan tentunya mengurangi jumlah sampah di TPA. Selain itu, sistem pengelolaan sampah yang terdesentralisasi baik dengan pemisahan jenis sampah dari sumbernya mempermudah kerja petugas sampah.
Konsep Zero Waste Cities
Menerapkan ZWC dari kawasan memiliki tantangannya tersendiri. Terlebih mengubah pola ketergantungan pada TPA. Ketergantungan ini membuat masyarakat abai dalam menggunakan kemasan plastik sekali pakai.

ZWC menuntut masyarakat untuk mampu mandiri dalam mengelola sampah dari rumah. Jika hal tersebut dapat berjalan dengan baik maka akan mengurangi beban petugas sampah. Hal ini karena yang bekerja tetap petugas sampah, tugas masyarakat adalah memilah dari rumah.
Selain itu masyarakat akan lebih bijak dalam menghasilkan sampah. Dan, dapat memanfaatkan sampah rumah tangga untuk digunakan kembali. Pemanfaatan kembali bisa dilakukan individu maupun kelompok.
Proses Pengelolaan Sampah dari Kawasan
Langkah Pengumpulan Sampah
Pertama melakukan pengumpulan sampah dari kawasan dengan masyarakat memilah sampah dari rumah. Misalnya memisahkan sampah organik dan anorganik. Sehingga petugas sampah tidak perlu melakukan tugas pemisahan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
Walau begitu petugas sampah juga dalam mengangkut sampah tetap memisahkan sampah organik dan anorganik. Seperti menyediakan ember untuk sampah organik dan karung untung sampah daur ulang.
Metode Pengelolaan Sampah
Adapun metode pengelolaannya bisa secara individu atau kelompok.
1. Pengelolaan Sampah Secara Individu
Pengelolaan sampah yang dilakukan individu dengan metode pengomposan Takakura dan Bor Biopori.
Pengomposan Takakura
Merupakan mengolah sampah organik hasil sisa makanan menjadi pupuk atau kompos organik. Prosesnya cukup dilakukan di rumah dan hasil kompos organik dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pupuk tanaman dan sayuran.
Metode Bor Biopori
Sistem pengomposan dengan membuat lubang biopori sedalam 1 meter. Lubang tersebut nantinya untuk sampah organik. Manfaat dari lubang biopori ini adalah untuk menghasilkan mikroorganisme tanah yang akan menciptakan kesuburan tanah.
2. Pengelolaan Sampah Secara Kelompok
Ada tiga metode dalam pengelolaan sampah secara kelompok yaitu lubang kompos, batang terawang dan Biodigester.
Metode Lubang Kompos

Membuat lubang berukuran 1 meter kubik. Pembuatan lubang kompos memang memerlukan lahan yang luas karena nantinya dapat menampung lebih banyak sisa makanan lunak maupun keras.
Ada yang harus diperhatikan dalam pembuatan lubang kompos yaitu tidak di titik lokasi yang memungkinkan air menggenang saat musim hujan.
Metode Bata Terawang

Membangun tempat pengelolaan sampah organis dengan batu bata yang ditumpuk. Membuat Bata Terawang dengan ukuran tinggi 1-1.5 meter.
Metode Biodigester

Metode ini menggunakan teknologi canggih dalam mengelola sampah menjadi gas. Gas hasil dari pengomposan biodigester dapat masyarakat gunakan untuk memasak.
Penyelenggaraan Zero Waste Cities di Indonesia
Berikut ini kota-kota yang sudah berkontribusi dalam menerapkan konsep Zero Waste Cities.
Zero Waste Cities Bandung
Bandung, baik kota maupun kabupaten adalah salah satu daerah di Indonesia yang telah menggalakan konsep ZWC pengelolaan sampah dari kawasan. Didukung dengan peraturan daerah PERDA Kota Bandung No. 9 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah.
Program ZWC di Bandung lebih terkenal dengan nama Kang Pisman. Adapun kawasan yang telah melakukan program pengelolaan sampah, yiatu:
- Mengelola Sampah Organis dengan Metode Bata Terawang di RW 9 Kelurahan Parungserab Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Dan, RW 7 Kelurahan Lebak Gede Kecamatan Coblong, Kota Bandung.
- Mengolah Sampah dengan Biodigester RW 9 Kelurahan Sukaluyu Kecamatan Cibeunyiang Kaler, Kota Bandung.
- Mengolah Sampah dengan Lubang Kompos di RW 7 Kelurahan Cihaurgeulis, Kota Bandung. Dan, RW 7 Kelurahan Neglasari Kecamatan Cibeunyiang Kaler, Kota Bandung.
Zero Waste Cities Kota Cimahi
Cimahi telah sukses menerapkan ZWC yaitu munculnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah dari kawasan. Terbukti dengan bertambahnya jumlah warga yang mengikuti program sekitar 5.300 jiwa di akhir tahun 2020.
Program yang dilakukan dengan Pembuatan Lubang Kompos dan biodigester di RW 16 Keluarahan Utama Cimahi. Pemerintah Kota Cimahi pun ikut andil dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Cimahi No. 6 Tahun 19 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah.
Zero Waste Cities Kota Lain
Selain Bandung dan Cimahi, kota lain di Indonesia siap menjalankan program Zero Waste Cities. Seperti Bali yang didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) dan PPLH. Dari Gresik, Ecoton dan DLHK pun siap menjalankan program ZWC. Sedangkan dari Medan melalui Walhi Sumatra Utara dan DKP Medan.
Kesimpulan
Program Zero Waste Cities bukanlah sekadar pengelolaan sampah biasa. Dengan konsep melibatkan masyarakat untuk kompak memilah sampah dari rumah dapat menciptakan kesadaraan yang tinggi akan pentingnya mengelola sampah dari kawasan.
Dampak dari ZWC pun sangat besar yaitu bagi kesejahteraan petugas sampah, kehidupan sosial dan melestarikan lingkungan.
________________________
Sumber tulisan: ypbbblog.blogspot.com
Sumber foto ZWC: bit.ly/fotoZWC
aku pernah datang ke acara dari dinas lingkungan hidup. ada pekerja persampahan yang di rumah dia melakukan pemilahan sampai pengomposan.
konsep ZWC ini keren ya mba, menciptakan kesadaran tentang “sampah” dari rumah, dari pencipta sampah
Betul Mba Putri, konsep zero waste cities ini akan membuat masyarakat lebih bijak dalam menghasilkan sampah. Dan, dapat memahami proses pemilahan.
Mantab mbak. Pembuatan lubang kompos memang sudah banyak dipraktekkan, daerah saya sudah bnyk yang bikin. Semoga masalah sampah bisa terselesaikan dan lingkungan makin bersih ya.
Keren, nih Mba daerhanya. Semoga berlanjut ke daerah lainnya.
suka banget sama program zero waste cities ini. berharap semoga semakin banyak kota yang mulai menerapkan program pemilahan sampah di kawasan ini yaa. Biar makin banyak peka sama sampah sehingga sampah dianggap emnajdi hal penting.
Betul, Mba. Kalau sekala nasional menerapkan ZWC ini di Indonesia secara bertahap dapat mengurangi jumlah sampah yang ada di TPA. Yuk, sebarkan konsep Zero waste ini Mba Gina.
Iya nih mbak, saya juga berusaha untuk meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai. Makanya sekarang kalau belanja bawa plastik sendiri dari rumah…
Semoga dengan adanya program zero waste cities ini kesadaran masyarakat tentang pengolahan sampah lebih meningkat lagi…
Sama, Mba. Mulai lebih bijak dalam menggunakan plastik sekali pakai.
Kalau sudah terorganisir dari atas enak mau ngolah sampah, merasa di dukung. Di tempat guru saya, beliau selalu memilah sampahnya, plastik makanan yang bisa dijadikan pupuk. Emang rada ribet gitu karena saya belum pernah nyobain hikz.. tapi sepertinya bakalan ada kepuasan sendiri karena ikut melestarikan lingkungan. Semoga ini bisa praktek terus buat ngurangin sampah plastik, terutama pas lagi ke pasar blanja sayur dan lauk. Thanks sharingnya Mbak Erin
Pertama kali pasti terkesan ribet Mba, karena beberapa bulan lalu aku coba pilah sampah organik di rumah. Dan edukasi ke orang rumah juga tidak gampang. Tapi tetap semangat untuk melestarikan alam dengan zero waste cities.
Sudah mukai banyak yaa tempat2 yg mengaplikasikan zero waste. Tempat saya juga sudah diwajibkan memilah sampah. Sebagian dikumpulkan di bank sampah terus dihitung biar dpt uang. Cuma sekarang pandemi jadi susah ngejualnya sampahnya.
Mungkin bisa dikelola di lingkungan tempat tinggal Mba, jadi pemilahan sampah yang dapat dijual juga tetap berjalan.
seneng banget kalo bisa diterapkan di semua kota dan desa di Indonesia, memilah sampah, dari awal.. pengen gitu kayak di Jepang, dari sampah aja udah terorganisir dengan baik
Betul Mba Andi semoga kedepannya Indonesia dapat memilah sampah dengan terorganisir lebih baik lagi.
aku dah pilah sampah di rumah antara yang organik dan non organik sih, cuma ya emang jatuhnya blom maksimal krn utk next step dr sampah non organiknya blom dikelola dg baik sm si abang tukang sampah di kompleknya. pingin deh kelola dan bikin bank sampah gt, cm kendala waktu ku euyy
Semoga dengan adanya program ini bisa meningkatkan kesadaran kita semua agar lebih disiplin menjaga lingkungan tempat tinggal.
Tentu, berharap banget, setiap orang tahu dan mau bergerak, untuk memahami bagaimana mengelola sampah yang benar, sehingga tidak menumpuk begitu saja di TPA. Karena sampah-sampah tersebut akan diolah terlebih dulu.
Semoga saja program Zero Waste Cities bisa berlanjut ke seluruh wilayah Indonesia
Memulai ZWC ini emang gampang tapi susah. gampang karena langkah awalnya dimulai dari pilah sampah dari rumah, susah karena nggak semua orang bisa dengan mudah melakukan itu. Semoga pelan tapi pasti ZWC bisa dilaksanakan merata di seluruh indonesia.
PEngelolaan sampah yang ramah lingkungan tentu penting banget. ZWC tentu juga demikian ya kan. Semoga Indonesia bisa menerapkan ZWC ini.
Zero waste management is indeed necessary requirement to ensure our planet is properly saved
aku baru tahu tentang program zero waste cities ini mbak
dan menurutku emang ini program yg paling baik untuk kelola sampah ya
klo sudah terpilah gini, pasti akan lebih mudah dalam mengolahnya
Setiap kelurahan di semua kota di Indonesia harusnya mencontoh ini ya jadi kita mulai pengelolaan sampah lingkungan degnan sistem zer waste, tak hanya kampanye buang sampah pada tempatnya tapi TPA kita menumpuk kayak gunung..
Era sekarang makin banyak sampah yang sulit terurai ya, misalnya plastik plastik untuk pengiriman barang yang berlapis lapis itu. UDah gitu produknya juga banyak yang sulit terurai, contohnya barang barang elektonik yang mudah sekali rusak
Semua berawal dari diri sendiri ya, Mak. Mau atau tidak untuk tidak menyumbang sampah yang banyak dan sulit terurai
Nah paling enak dih kalau di komplek jadi RT & RW terlibat juga ya supaya lingkungan bersih juga meminimalkan sampah. BErhenti memakai prodykyang sulit terurai sekaligus kita berhemat kalau gak penting2 amat gak usah beli ya
Dengan adanya Zero waste ini sangat berguna banget apalagi sekarang kan bumi lumayan banyak sampahnya
Semoga makin banyak kota lain yang juga menerapkan program zero waste cities ini ya mbak. Kalau di tempat tinggal saya ini juga pernah ada bank sampah, di kelola ibu-ibu PKK. Tapi sekarang macet
Andai semua kota bisa seperti Cimahi yang jadi zero waste city.. Indonesia bebas sampah menggunung di TPA kali ya, Mba
LIta semua emang harus kompak dalam melakukan program zero waste ini ya mak, biar makin besar pengaruhnya terhadap lingkungan.. akupun, semoga bisa juga nih memulai dari rumah sendiriiii. aamiin
Setujuuuu dari rumah adalah salah satu yang utama untuk hidup zero waste secara jadi masalah bersama
Program ini jadi ngingetin kita untuk disiplin sekuat mungkin tidak memproduksi sampah ya Mba….
Mulai dr rumah sendiri ya mbak supaya bisa menuju tujuan zero waste cities.
Kalau di rumah kami pisahkan sampah kering dna basah, pdhl pengennya ya kyk org jepang itu misahin kaleng, kertas, kaca, sendiri hehe. Sementara msh terbatas di sampah basa kering.
Tp kyknya tukang yg ambil sampah blm teredukasi krn kdng kami bilangin kalau sampahnya beda, katanya udah gpp tumpuk aja nanti juga dicampur. Ah tp mga2 gk gtu di tempat pembuangannya nanti.
Iya, Tragedi Leuwigajah Bandung menjadi pelajaran berharga bagi kami semua warga Bandung untuk tidak menyampah lagi atau meminimalisir sampah.
Dimulai dari lingkungan keluarga. Semoga konsisten dan berdampak sedikit demi sedikit untuk kelestarian lingkungan.
Keren sekali ini pengelolaan sampahnya
Semoga selalu konsisten dan diikuti masyarakat lainnya
Karena satu jika diikuti pelan pelan demi pelan akan jadi budaya
Sampah masih menjadi PR yang besar buat kita ya mbk. Apalagi musim hujan seperti sekarang. Sampah numpuk dimana mana. Ini program zero waste cities nya keren banget.
Ke depannya aku udah misahin sampah organik dan an-organik serta mulai produksi kertas dari limbah mbake
Mana tau aku sudah ikut berperan dalam zero waste yaaaa
Salut sama Bandung dan Cimahi yang udah konsisten menjalankan Zero Waste Cities, moga kota Surabaya bisa nyusul juga.
Pemilihan sampah dari rumah ini PR besar bersama. Sebaiknya dimulai dari manajemen sampah lingkungan RT dulu diperbaiki.
semoga pemerintah pusat dan daerah segera mengaplikasikan program zwc ini ya mbak.. aku tuh suka sedih udah misah2in sampah ujung2nya di sini disatukan lagi di pembuangan..
Suka banget Mbak artikelnya..sangat bermanfaat
Saya akan mulai dari diri saya sendiri.
Ingin ikut serta zero waste
Masalah sampah ini memang harus jadi PR dan kesadaran bersama, karena jika tetap acuh pun juga gak bakalan terlaksana ya.
Miris ya, petugas sampah itu sudahlah paling rentan dengan penyakit, gajinya pun tidak sebanding.
Semoga dengan adanya kampanye-kampanye ZWC seperti ini bisa buat semua orang sadar untuk bisa terapkan zero waste juga ya.
Semoga program ZWC diikuti di seluruh daerah di INdonesia. Mensejahterakan petugas sampah juga menyelamatkan bumi
Membangun pentingnya pengolahan sampah secara mandiri itu penting banget. Agar orang bertanggung jawab penuh dengan sampah yang dia hasilkan
Masalah sampah ini memang perlu penanganan yang serius. Btw mantap ya Bandung dan Cimahi ini sudah menerapkan yang namanya ZWC, semoga makin banyak juga daerah2 lain yang menyusul dengan program serupa
Betul Mba Siska, semoga daerah lain bisa menerapkan zero waste cities.